Sebenarnya kekurangan vitamin E sangat jarang terjadi. Sebaliknya, efek samping akibat kelebihan vitamin E bisa saja kita alami.
Ini karena tubuh hanya membutuhkannya dalam dosis kecil. Belum lagi sumber makanannya yang lumayan melimpah.
Apalagi jika doyan mengonsumsi suplemen berbasis vitamin E untuk tujuan olahraga atau pengobatan tertentu.
Untuk alasan ini jugalah, kita wajib mendapatkan dosis yang tepat agar kadarnya tak kelebihan dan menimbulkan toksisitas.
Untungnya, efek samping dari kelebihan vitamin E ini cenderung ringan – namun masih tetap harus diwaspadai.
Karena jika tidak diatasi secepatnya (dengan mengurangi asupan sumber makanan sekaligus menghentikan pemakaian obat-obatan atau suplemen), maka akan menimbulkan efek berlanjut yang kita kenal dengan istilah komplikasi.
Jadi, segera hentikan asupan obat atau suplemen vitamin E jika kamu mengalami beberapa gejala kurang mengenakkan berikut ini, kemudian bicarakan kembali dengan dokter untuk mendapatkan diagnosa yang lebih tepat.
Mual
Hampir semua toksisitas yang disebabkan oleh vitamin bisa membuat penderitanya mengalami perasaan mual di perut, dan vitamin E pun bukanlah pengecualian.
Jumlah vitamin E yang relatif besar biasanya tak akan menyebabkan kerusakan, namun masih bisa mengakibatkan beberapa kondisi mual dibarengi dengan gejala lainnya termasuk kelemahan otot, kelelahan, dan diare.
Biasanya, kondisi ini hadir jika kita mengonsumsi vitamin E dengan dosis di atas 1000 mg per hari.
Jadi, pastikan kamu cek label dosis suplemen sebelum digunakan dalam jangka panjang.
Akan jauh lebih baik lagi jika mengikuti anjuran dokter atau ahli kesehatan.
Gangguan Lambung
Rata-rata orang dewasa disarankan untuk mengonsumsi sekitar 15 mg vitamin E per harinya.
Namun ada kalanya kita mengonsumsinya terlalu banyak karena ingin mengimbanginya bersama kegiatan olahraga atau akibat menjalani pengobatan tertentu.
Lagi-lagi, asupan vitamin E yang kebablasan dapat mengakibatkan gangguan perut!
Selain mual, gangguan lambung pun bisa menjadi salah satu kondisi kesehatan yang harus kamu waspadai.
Selain dapat memberikan ketidaknyamanan, rasa sakit yang tajam, serta pola buang air yang tak teratur, gangguan lambung juga dapat membuat kita kehilangan mobilitas sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari.
Diare
Selain membuat kita merasa mual dan nyeri di bagian lampung, toksisitas akibat kelebihan vitamin E juga bisa mengakibatkan tubuh terkena diare.
Ini diakibatkan karena perut mencoba menghilangkan vitamin (yang berubah menjadi racun) tersebut dengan caranya sendiri – yakni melalui BAB.
Sayangnya, ada kalanya proses BAB ini tak mampu menghilangkan racun secara efektif, sehingga jatuhnya menjadi diare berkepanjangan.
Bahaya dari gejala ini bisa menyebabkan rasa lemas dan vertigo akibat kehilangan cairan yang lumayan banyak.
Kemungkinan besar kita akan membutuhkan cairan infus, karena jika cairan yang hilang tersebut tak segera diganti maka dapat mengakibatkan gagal organ hingga kematian.
Sakit Kepala
Selain terjadi akibat diare dan dehidrasi, sakit kepala juga bisa hadir akibat efek racun (kelebihan vitamin D) itu sendiri.
Hal ini dijelaskan secara terperinci oleh seorang ahli kesehatan bernama Dr. Joel Fuhrman, MD melalui Health Star Clinic yang mengatakan bahwa dengan seiring berjalannya waktu, bahan kimia (dari vitamin D) ini dapat membebani tubuh.
“Saat beban dari retensi racun tersebut sampai ke sistem saraf pusat, maka sakit kepala tegang atau migrain bisa terjadi,” tambahnya.
Kelelahan
Kelelahan akibat vitamin E pun bisa terjadi jika kita mengonsumsinya di atas dosis 1000 mg per hari.
Alasannya cukup sederhana, yakni karena tubuh mencoba dengan segala macam cara untuk menghilangkan racun tersebut hingga hilang sepenuhnya – yang kemudian mengarah pada kelelahan.
Efek ini mirip seperti ketika kita tengah sakit, yang mana sistem imun tubuh mengambil alih sisa tenaga demi menyembuhkan penyakit.
Begitupun saat vitamin E tersebut terlalu terakumulasi di badan kita, maka mekanisme pertahanan tubuh tak akan pernah tinggal diam untuk menyingkirkannya.
Mudah Memar dan Berdarah
Mudah memar terkadang menjadi tanda kondisi yang lebih serius, seperti masalah pembekuan atau penyakit darah.
Bisa juga diakibatkan karena tubuh mengalami defisiensi vitamin K, baik dari makanan ataupun suplemen.
Namun, jarang orang tahu bahwa mudah memar pun bisa dikarenakan kelebihan akan vitamin E.
Sekalipun belum ada laporan ilmiah yang memberikan detail kenapa hal tersebut bisa terjadi, akan tetapi para ilmuwan percaya bahwa toksisitas vitamin E memang bisa mengkibatkan tubuh gampang mengalami luka atau memar sekalipun hanya sedikit benturan saja.
Diplopia
Kekurangan vitamin E bisa mengkibatkan gangguan pada penglihatan kita – begitu pun saat kita kelebihan asupannya baik dari makanan sumber vitamin E ataupun suplemen.
Hanya saja khusus untuk jenis toksisitas, gejala yang muncul bukanlah berupa penurunan daya mata kita, melainkan menyebabkan penglihatan ganda.
Kondisi ini disebut sebagai diplopia, yang didefinisikan sebagai gejala yang membuat para penderitanya melihat dua gambar dari satu objek, sehingga mengganggu fokus dan membuatnya pusing.
Kreatinin
Secara sifatnya, vitamin E bisa meningkatkan kadar kreatinin di tubuh kita, sehingga seringkali digunakan sebagai salah satu metode pengobatan penyakit diabetes.
Sayangnya, saat toksisitas vitamin E terjadi, maka kadar kreatinin pun ikut meningkat drastis.
Kondisi ini bukanlah main-main karena menjadi tanda bahwa terdapat gangguan pada fungsi ginjal atau hadirnya penyakit ginjal.
Seperti yang kita tahu, ginjal menjadi organ yang penting dalam menyaring racun – terutama dari obat-obatan dan suplemen.
Namun ketika kadar racun tersebut berlebihan, maka ginjal tak bisa lagi menampungnya sehingga hasilnya mengalami gangguan pada organ tersebut.
Jika dibiarkan berlarut-larut, maka organ ginjal kita akan terkena dampaknya.
Pendarahan Berlebihan
Pendarahan berlebihan bisa menjadi salah satu komplikasi toksisitas vitamin E akibat mudahnya tubuh terkena memar.
Kondisi ini akan jauh lebih parah bagi para pasien yang tengah menjalani terapi antikoagulan atau antiplatelet.
Jika segera tak diobati (atau dihentikan pendarahannya tepat setelah kita terkena luka kecil), maka kemungkinan mengembangkan penyakit baru seperti anemia bisa saja muncul.
Bahkan untuk pendarahan yang tak bisa dihentikan, kita akan segera dilarikan ke UGD untuk mendapatkan perawatan secara intensif.
Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik menjadi komplikasi kedua selain pendarahan berlebihan di atas.
Bisa dibilang ini menjadi efek toksisitas vitamin E yang paling berbahaya karena cenderung mengancam jiwa.
Buat kamu yang belum tahu, stroke hemoragik sendiri merupakan kondisi gawat darurat akibat adanya pembuluh darah yang pecah dan menyebabkan pendarahan di otak.
Tekanan darah tinggi dan trauma bisa menjadi dua penyebab utamanya, namun toksisitas vitamin E juga bisa mengakibatkan hal tersebut sebagai bentuk komplikasi.
Gejala awalnya dapat bervariasi tergantung di lokasi otak mana pendarahan tersebut terjadi.
Namun pada umumnya, tanda awal dari stroke hemoragik ini bisa berupa mati rasa, kelemahan di bagian wajah, sulit berbicara, hingga kehilangan koordinasi (sulit berjalan).
Saat hal tersebut terjadi pada kita, maka perawatan darurat sangatlah diperlukan dan setiap detik pengobatan menjadi penentu apakah kita berhasil selamat dari maut atau tidak.
Tak heran jika para penderitanya diharuskan menjalani pengobatan dan pemantauan yang sangat ketat di Unit Perawatan Intensif.
Dalam kasus yang lebih parah, operasi atau pembedahan mungkin diperlukan demi mengurangi tekanan di sekitar otak.